Statistika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
cara-cara pengumpulan dan penyusunan data, pengolahan data, dan
penganalisisan data, serta penyajian data berdasarkan kumpulan dan
analisis data yang dilakukan. Salah satu ilmu yang mendasari dalam
mempelajari statistika adalah peluang atau probabilitas. Berdasarkan
kegiatannya, statistika dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu Statistika deskriptif (statistika deduktif) dan statistika inferensi (statistika induktif).

Pengertian Statistika |
Pengertian statistika deskriptif adalah statistika yang meliputi
kegiatan-kegiatan pengumpulan, penyajian, penyederhanaan atau
penganalisisan, dan penentuan ukuran-ukuran khusus dari suatu data tanpa
penarikan kesimpulan. Sedangkan, pengertian statistika inferensi adalah ilmu mengenai penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan tentang makna statistik yang telah dihitung.
Pengertian statistik adalah hasil-hasil pengolahan dan analisis
data. Statistik dapat berupa mean, modus, median, dan sebagainya.
Statistik dapat digunakan untuk menyatakan kesimpulan data berbentuk
bilangan yang disusun dalam bentuk tabel atau diagram yang menggambarkan
karakteristik data.
Menurut Nasution, ada beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam wawancara, antara lain: pengalaman, pendapat, perasaan, pengetahuan, pengeinderaan dan latar belakang pendidikan.
Dalam pelaksanaan wawancara, sering kita temukan dilapangan adanya perbedaan persepsi pandangan tentang hal-hal tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian, antara peneliti dengan orang yang diwawancarai. Berdasar hal tersebut, yang perlu diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif naturalistik, ada dua istilah yaitu informasi emic dan etic. Informasi emic adalah informasi yang berkaitan dengan bagaimana pandangan responden terhadap dunia luar berdasar perspektifnya sendiri, sedangkan yang berdasar perspektif peneliti disebut informasi etic.
1. Macam-macam Teknik Pengumpulan Data
a. Angket (Kuesionare)
Angket
adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menggali
data sesuai dengan permasalahan penelitian. Menurut Masri Singarimbum,
pada penelitian survai, penggunaan angket merupakan hal yang paling
pokok untuk pengumpulan data di lapangan. Hasil kuesioner inilah yang
akan diangkakan (kuantifikasi), disusun tabel-tabel dan dianalisa secara
statistik untuk menarik kesimpulan penelitian.
Tujuan
pokok pembuatan kuesioner adalah (a) untuk memperoleh informasi yang
relevan dengan masalah dan tujuan penelitian, dan (b) untuk memperoleh
informasi dengan reliabel dan validitas yang tinggi. Hal yang perlu
diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun kuesioner,
pertanyaan-pertanyaan yang disusun harus sesuai dengan hipotesa dan
tujuan penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto, sebelum kuesioner disusun memperhatikan prosedur sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
2) Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
3) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-sub variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
4) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus unit analisisnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kuesioner, antara lain:
1) Pertanyaan-pertanyaan
yang disusun dalam kuesioner juga harus sesuai dengan variebel-veriabel
penelitian, yang biasanya sudah didefinisikan dalam definisi
operasional, yang mengandung indikator-indikator penelitian sesuai
dengan permasalahan penelitian.
2) Tiap
pertanyaan dalam kuesiner adalah bagian dari penjabaran definisi
operasional, sehingga dapat dianalisa dengan tepat untuk menjawab
permasalahan penelitian.
Dalam kusioner, pertanyaan-pertanyaan yang diajaukan biasanya pertanyaan mengenai hal-hal sebagai berikut:
1) Pertanyaan tentang fakta. Misalnya umur, pendidikan, status dan agama
2) Pertanyaan tentang pendapat dan sikap, yang menyangkut masalah perasaan dan sikap respondsen tentang sesuatu
3) Pertanyaan tentang informasi. Pertanyaan yang menyangkut apa yang diketahui oleh responden
4) Pertanyaan tentang persepsi diri. Responden menilai perilakunya diri dalam hubungannya dengan orang lain.
Ditinjau dari segi cara pemakain kuesioner, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh peneliti, antara lain:
1) Kuesioner digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden
2) Kuesioner diisi sendiri oleh responden
3) Wawancara melalui telepon
4) Kuesioner dikirim melalui pos.
Bagaimana merumuskan/menyusun angket?, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1) Pakailah bahasa yang sederhana yang dapat dipahami oleh responden.
2) Pakailah kalimat yang pendek yang mudah difahami.
3) Jangan terlampau cepat menganggap bahwa responden telah memiliki pengetahuan atau pengalaman tentang masalah penelitian.
4) Lindungi harga diri responden.
5) Bila
ingin menanyakan suatu perasaan atau tanggapan yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan, tanyakan terlebih dahulu hal-hal yang menyenangkan.
6) Pertimbangkan pertanyaan bersifat langsung atau tidak langsung.
7) Tentukan pertanyaan terbuka atau tertutup.
8) Masukkan hanya satu buah pikiran dalam tiap pertanyaan.
9) Rumusan pertanyaan jangan sampai memalukan responden. (lihat, Nasution, 2006:135-137)
Contoh Angket......
1) Angket Terbuka, yaitu angket dimana responden diberi kebebasan untuk menjawab
Contoh: Metode apa yang digunakan oleh Bapak/ibu dalam pengajaran PAI dikelas?
a......................
b......................
c......................
d......................
2) Angket Tertutup, apabila jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti.
Contoh: Apakah Bapak/Ibu senantiasa memeriksa hasil pekerjaan anak dikelas?
a. Selau
b. Sering
c. Jarang sekali
3) Angket
semi terbuka, yaitu jawaban pertanyaan sudah diberikan oleh peneliti,
tetapi diberi kesempatan untuk menjawab sesuai kemauan responden
Contoh: Apa metode yang Bapak?Ibu gunakan dalam pengajaran PAI
a. Diskusi
b. Ceramah
c. ............
Berdasar dari terbentuknya
§ Pilihan ganda
Contoh, seperti pada angket tertutup
§ Isian
Contoh seperti pada angket terbuka
§ Chek list
Contoh
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
| |
1
|
Sebelum pelajaran dimulai diadakan absensi terhadap siswa
|
ya
|
tidak
|
§ Rating Skala
Contoh:
No
|
Item Pertanyaan
|
Alternatif Jawaban
| ||||
Dimensi Kesadaran Diri
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
| |
1
|
Percaya diri bahwa saya merupakan orang yang memiliki kreatifitas dan mampu dalam melaksanakan tugas
| |||||
2
|
Mengakui kekuatan dan kelemahan diri
| |||||
3
|
Memikul tugas dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah
|
b. TES
Tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Ditinjau dari sasaran atau obyek yang akan dievaluasi, ada beberapa macam tes dan alat ukur.
1) Tes kepribadian atau personality test, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang, seperti self–concept, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dan sebagainya.
2) Tes bakat atau abtitude test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.
3) Tes intelegensi atau intellegence test,
yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan
terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai
tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
4) Tes sikap atau attitude test,
yang sering disebut dengan istilah kala sikap, yaitu alat yang
digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
5) Tes minat atau measures test yaitu tes yang digunakan untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
6) Tes prestasi atau achievement test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
c. Wawancara
Wawancara
merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses
penelitian. Dengan wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam,
karena mampu menggali pemikiran atau pendapat secara detail. Oleh karena
itu dalam pelaksanaan wawancara diperlukan ketrampilan dari seorang
peneliti dalam berkomunikasi dengan responden. Seorang peneliti harus
memiliki ketrampilan dalam mewawancarai, motivasi yang tinggi, dan rasa
aman, artinya tidak ragu dan takut dalam menyampaikan wawancara. Seorang
peneliti juga harus bersikap netral, sehingga responden tidak merasa
ada tekanan psikis dalam memberikan jawaban kepada peneliti.
Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara, yaitu:
1) Pedoman
wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat
garis besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini perlu adanya kreativitas
pewawancara sangat diperlukan, bahkan pedoman wawancara model ini
sangat tergantung pada pewawancara.
2) Pedoman
pewawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara
terperinci sehingga menyerupai chek-list. Pewawancara hanya tinggal
memberi tanda v (check).
Dalam
pelaksanaan penelitian dilapangan, wawancara biasanya wawancara
dilaksanakan dalam bentuk ”semi structured”. Dimana interviwer
menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu
persatu diperdalam dalam menggali keterangan lebih lanjut. Dengan model
wawancara seperti ini, maka semua variabel yang ingin digali dalam
penelitian akan dapat diperoleh secara lengkap dan mendalam.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam suksesnya wawancara yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber:
Warwick, Donald P. And Lininger, Charles yang dikutip dari Masri
Singarimbun dan Sofyan Effendi ( Metode Penelitian Survei)
Menurut Nasution, ada beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam wawancara, antara lain: pengalaman, pendapat, perasaan, pengetahuan, pengeinderaan dan latar belakang pendidikan.
Dalam pelaksanaan wawancara, sering kita temukan dilapangan adanya perbedaan persepsi pandangan tentang hal-hal tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian, antara peneliti dengan orang yang diwawancarai. Berdasar hal tersebut, yang perlu diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif naturalistik, ada dua istilah yaitu informasi emic dan etic. Informasi emic adalah informasi yang berkaitan dengan bagaimana pandangan responden terhadap dunia luar berdasar perspektifnya sendiri, sedangkan yang berdasar perspektif peneliti disebut informasi etic.
d. Dokumen
Data
dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia
atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Sumber lain yang
bukan dari manusia (non-human resources), diantaranya dokumen, foto dan
bahan statistik. Dokumen terdiri bisa berupa buku harian, notula rapat,
laporan berkala, jadwal kegiatan, peraturan pemerintah, anggaran dasar,
rapor siswa, surat-surat resmi dan lain sebagainya.
Selain
bentuk-bentuk dokumen tersebut diatas, bentuk lainnya adalah foto dan
bahan statistik. Dengan menggunakan foto akan dapat mengungkap suatu
situasi pada detik tertentu sehingga dapat memberikan informasi
deskriptif yang berlaku saat itu. Foto dibuat dengan maksud tertentu,
misalnya untuk melukiskan kegembiraan atau kesedihan, kemeriahan,
semangat dan situasi psikologis lainya. Foto juga dapat menggambarkan
situasi sosial seperti kemiskinan daerah kumuh, adat istiadat,
penderitaan dan berbagai fenomena sosial lainya.
Selain
foto, bahan statistik juga dapat dimanfaatkan sebagai dokumen yang
mampu memberikan informasi kuantitatif, seperti jumlah guru, murid,
tenaga administrasi dalam suatu lembaga atau organisasi. Data ini sangat
membantu sekali bagi peneliti dalam menganalisa data, dengan
dokumen-dokumen kuantitatif ini analisa data akan lebih mendalam sesuai
dengan kebutuhan penelitian.
d. Observasi
Agar
observasi yang dilakukan oleh peneliti memperoleh hasil yang maksimal,
maka perlu dilengkapi format atau blangko pengamatan sebagai instrumen.
Dalam pelaksanaan observasi, peneliti bukan hanya sekedar mencatat,
tetapi juga harus mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian
ke dalam suatu skala bertingkat.
Seorang
peneliti harus melatih dirinya untuk melakukan pengamatan. Banyak yang
dapat kita amati di dunia sekitar kita dimanapun kita berada. Hasil
pengamatan dari masing-masing individu akan berbeda, disinilah
diperlukan sikap kepekaan calon peneliti tentang realitas diamati. Boleh
jadi menurut orang lain realitas yang kita amati, tidak memiliki nilai
dalam kegiatan penelitian, akan tetapi munurut kita hal tersebut adalah
masalah yang perlu diteliti.
Observasi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu observasi partisipasi dan
non-partisipan. Observasi partisipasi dilakukan apabila peneliti ikut
terlibat secara langsung, sehingga menjadi bagian dari kelompok yang
diteliti. Sedangkan observasi non partisipan adalah observasi yang
dilakukan dimana peneliti tidak menyatu dengan yang diteliti, peneliti
hanya sekedar sebagai pengamat.
Menurut Nasution, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi, antara lain:
1) Harus
diketahu dimana observasi dapat dilakukan, apakah hanya ditempat-tempat
pada waktu tertentu atau terjadi diberbagai lokasi?
2) Harus ditentukan siapa-siapa sajakah yang dapat diobservasi, sehingga benar-benar representatif?
3) Harus diketahui dengan jelas data apa yang harus dikumpulkan sehingga relevan dengan tujuan penelitian.
4) Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data, terutama berkaitan dengan izin pelaksanaan penelitian.
5) Harus diketahui tentang cara-cara bagaimana mencatat hasil observasi.
2. Membuat Instrumen Pengumpulan Data
Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen, antara lain:
a. Mengindentifikasikan variabel-variabel yang diteliti
b. Menjabarkan variabel-variabel dalam beberapa dimensi
c. Mencari indikator-indikator setiap dimensi
d. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
e. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
f. Petunjuk pengisian
Hal lain yang perlu diperhatikan agar instrumen yang disusun tepat sesuai sasaran yang ingin dicapai adalah:
a. Menetapkan sebuah konstruk, yaitu membuat batasan mengenai variabel yang diteliti.
b. Menetapkan dimensi-dimensi, yaitu merumuskan unsur-unsur atau bagian-bagian yang ada pada sebuah kontrak.
c. Menyusun
item-item pertanyaan atau pernyataan, yaitu menjabarkan sebuah
dimensi-dimensi ke dalam beberapa pertanyaan, untuk menerangkan konstruk
variabel yang hendak diteliti.
Contoh:
Penelitian tentang Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Komitmen Organisasi
3. Membuat catatan lapangan
a. Data Hasil Catatan Lapangan
Catatan terdiri atas dua bagian, yakni (1) deskripsi
yaitu tentang apa yang sesungguhnya kita amati, yang benar-benar
terjadi menurut apa yang kita lihat, dengar dan amati dengan alat indra ,
dan (2) komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan
sesuatu yang kita amati. Deskripsi ialah uraian obyektif tentang apa
yang sebenarnya terjadi menurut apa yang kita lihat dan dengar, tanpa
diwarnai oleh pandangan atau tafsiran kita. Komentar adalah pandangan,
penilaian, penafsiran terhadap sesuatu. Misal dalam suatu kelas, ada
seoarang siswa yang mengantuk dan berusaha untuk menahan rasa kantuk
tersebut untuk memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru. Fenomena
tersebut adalah sebuah deskripsi (kenyataan) tentang proses belajar
dikelas, tetapi bila kita mengatakan malas, maka hal tersebut sudah
termasuk penafsiran.
2. Sistematika catatan
Dalam
mendeskripsikan data kita perlu adanya kode yang memudahkan dalam
pelaksanaan observasi. Misalnya deskripsi diberi kode D dan refleksi
diberi kode R.
DP
: Deskripsi Partisipan, misalnya mengenai usia responden, wajahnya,
tubuhnya, cara berpakaian, bertindak, berbicara, sikap dan sebagainya.
DD
: Deskripsi Dialog, yaitu deskripsi yang berkaitan dengan percakapan
antara peneliti dengan responden atau orang lain, juga antara orang yang
ada hubungannya dengan topik penelitian.
DLF
: Deskripsi Lingkungan Fisik, yaitu deskripsi mengenai keterangan
tentang lokasi, gedung, ruangan, pekarangan fasilitas dan lain
sebagainya.
DK
: Deskripsi kejadian-kejadian, yaitu deskripsi tentang
peristiwa-peristiwa apa yang terjadi, seperti tindakan guru, perbuatan
siswa, pelajaran yang berlangsung, hukuman yang diberikan siswa, apa
yang terjadi diluar kelas
DH
: Deskripsi Hubungan dengan partisipan atau orang lain, misalnya
hubungan antara siswa dengan temanya, guru dan pegawai administrasi.
Refleksi adalah pemikiran, tafsiran atau komentar tentang apa yang diamati. Peneliti
mengolah apa yang diobservasi, ia mencari maknanya untuk kemudian
menemukan pola atau tema rangkaian kejadian-kejadian. Agar pemikirannya
lebih sistematis, perlu diberikan kode sebagai berikut:
RR
: Refleksi tentang apa yang di rasakan oleh peneliti, yaitu bagaimana
pengamat serta prasangka dan sikapnya terhadap responden.
RA
: Refleksi Analisis. Dalam penelitian naturalistik analisis dilakukan
sejak awal pengumpulan data. Data harus di lakukan analisis dalam usaha
untuk mencari makna, walaupun masih bersifat sementara. Analisis akan
mendorong merumuskan pertanyaan baru yang memerlukan data baru yang
dapat lebih memantapkan tafsiran atau justru membantah tafsiran.
Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara data.
RM
: Refleksi Metodologi. Dalam penelitian naturalistik/ kulaitatif, tidak
harus mengikuti langkah-langjkah yang telah ditetapkan. Metode
penelitian tidak dapat dipastikan akan tetapi harus dipikirkan setiap
kali menghadapi situasi baru.
RJ
: Refleksi Penjelasan. Bila ada hal-hal yang perlu mendapat penjelasan,
misal mengenai sejarah, latar belakang lembaga, dan sebagainya dapat
dimasukkan dalam bagian ini.
RE
: Refleksi Etis. Penelitian harus memegang teguh norma-norma
penelitian, harus dijaga betul agar nama baik responden jangan tercemar,
misal dengan memberi nama samaran. Bahkan kadang lokasi penelitian bisa
disamarkan.
-
SKALA PENGANTARSKALA NOMINAL
Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya di antara ke empat skala pengukuran yang lain. Seperti namanya, skala ini membedakan satu obyek dengan obyek lainnya berdasarkan lambang yang diberikan. Oleh karena itu data dalam skala nominal dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, dan kepada kategori tersebut dapat diberikan lambang yang sesuai atau sembarang bilangan. Bilangan yang diberikan tidak mempunyai arti angka numerik artinya kepada angka-angka tersebut tidak dapat dilakukan operasi aritmetika, tidak boleh menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Bilangan yang diberikan hanyalah berfungsi sebagai lambang yang dimaksudkan hanya untuk membedakan antara data yang satu dengan data yang lainnya. Contoh : Data mengenai barang-barang yang dihasilkan oleh sebuah mesin dapat digolongkan dalam kategori cacat atau tidak cacat. Barang yang cacat bisa diberi angka 0 dan yang tidak cacat diberi angka 1. Data 1 tidaklah berarti mempunyai arti lebih besar dari 0. Data satu hanyalah menyatakan lambang untuk barang yang tidak cacat.
Kesimpulan : Bilangan dalam Skala Nominal berfungsi hanya sebagai lambang untuk membedakan, terhadap bilangan-bilangan tersebut tidak berlaku hukum aritmetika, tidak boleh menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, maupun membagi.
Hubungan yang membatasi adalah hubungan sama dengan dan tidak sama dengan ( dan ).
Statistik yang sesuai dengan data berskala Nominal adalah Statistik Nonparametrik. Contoh perhitungan statistik yang cocok adalah Modus, Frekuensi dan Koefisien Kontingensi.
SKALA ORDINAL
Skala pengukuran berikutnya adalah skala pengukuran ordinal. Skala pengukuran ordinal mempunyai tingkat yang lebih tinggi dari skala pengukuran nominal. Dalam skala ini, terdapat sifat skala nominal, yaitu membedakan data dalam berbagai kelompok menurut lambang, ditambah dengan sifat lain yaitu, bahwa satu kelompok yang terbentuk mempunyai pengertian lebih (lebih tinggi, lebih besar,…) dari kelompok lainnya. Oleh karena itu, dengan skala ordinal data atau obyek memungkinkan untuk diurutkan atau dirangking.
Contoh : Sistem kepangkatan dalam dunia militer adalah satu contoh dari data berskala ordinal Pangkat dapat diurutkan atau dirangking dari Prajurit sampai Sersan berdasarkan jasa, dan lamanya pengabdian. Jika peneliti merangking data lamanya pengabdian maka peneliti dapat memberikan nilai 1, 2, 3, … , 4 dst masing-masing terhadap seseorang anggota ABRI yang berpangkat Prajurit, Kopral, Sersan, dst. Berbeda dengan skala nominal, angka yang diberikan terhadap obyek tidak semata-mata berlaku sebagai lambang tetapi juga memperlihatkan urutan atau rangking.
Kesimpulan: Pada tingkat pengukuran ordinal, bilangan yang didapat berfungsi sebagai :
1.lambang untuk membedakan
2.untuk mengurutkan peringkat berdasarkan kualitas yang telah ditentukan (> atau < ).
Pada tingkat pengukuran ordinal kita bisa mengatakan lebih baik/lebih buruk, lebih besar/lebih kecil, tetapi tidak bisa menentukan berapa kali lebih besarnya/lebih buruknya.
Statistik yang sesuai dengan data berskala Ordinal adalah Statistik Nonparametrik. Contoh perhitungan statistik yang cocok adalah Median, Persentil, Korelasi Spearman (rs ), Korelasi Thau-Kendall dan Korelasi Thau-Kendall.
SKALA INTERVAL
Skala pengukuran Interval adalah skala yang mempunyai semua sifat yang dipunyai oleh skala pengukuran nominal, dan ordinal ditambah dengan satu sifat tambahan. Dalam skala interval, selain data dapat dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya dan dapat dirangking, perbedaan (jarak/interval) antara data yang satu dengan data yang lainnya dapat diukur. Contoh : Data tentang suhu empat buah benda A, B, C , dan D yaitu masing-masing 20. 30, 60, dan 70 derajat Celcius, maka data tersebut adalah data dengan skala pengukuran interval karena selain dapat dirangking, peneliti juga akan tahu secara pasti perbedaan antara satu data dengan data lainnya. Perbedaan data suhu benda pertama dengan benda kedua misalnya, dapat dihitung sebesar 10 derajat, dst. Namun dalam skala interval, tidak mungkin kita melakukan perbandingan antara satu data dengan data yang lainnya. Kita tidak dapat mengatakan bahwa suhu 60 derajat Celcius dari benda C dan 30 derajat Celcius untuk suhu benda B berarti bahwa benda C 2x lebih panas dari benda B. Hal ini tidak mungkin karena skala interval tidak mempunyai titik nol yang mutlak. Titik nol yang tidak mutlak berarti : benda dengan suhu nol derajat Celcius bukan berarti bahwa benda tersebut tidak mempunyai panas. Kesimpulan : Bilangan pada skala interval fungsinya ada tiga yaitu :
1.Sebagai lambang untuk membedakan,
2.Untuk mengurutkan peringkat, misal, makin besar bilangannya, peringkat makin tinggi ( > atau <),
3.Bisa memperlihatkan jarak/perbedaan antara data obyek yang satu dengan data obyek yang lainnya.
Titik nol bukan merupakan titik mutlak, tetapi titik yang ditentukan berdasarkan perjanjian.
Statistik yang sesuai dengan data berskala Interval adalah Statistik Nonparametrik dan Statistik Parametrik. Contoh perhitungan statistik yang cocok adalah Rata-rata, Simpangan Baku, dan Korelasi Pearson.
SKALA RASIO
Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi peringkatnya. Semua sifat yang ada dalam skala terdahulu dipunyai oleh skala rasio. Sebagai tambahan, dalam skala ini, rasio (perbandingan) antar satu data dengan data yang lainnya mempunyai makna. Contoh : Data mengenai berat adalah data yang berskala rasio. Dengan skala ini kita dapat mengatakan bahwa data berat badan 80 kg adalah 10 kg lebih berat dari yang 70 kg, tetapi juga dapat mengatakan bahwa data 80 kg adalah 2x lebih berat dari data 40 kg. Berbeda dengan interval, skala rasio mempunyai titik nol yang mutlak. Kesimpulan : Bilangan pada skala Rasio fungsinya ada tiga yaitu :
1.Sebagai lambang untuk membedakan
2.Untuk mengurutkan peringkat, misal, makin besar bilangannya, peringkat makin tinggi (> atau < ),
3.Bisa memperlihatkan jarak/perbedaan antara data obyek yang satu dengan data obyek yang lainnya.
4.Rasio (perbandingan) antar satu data dengan data yang lainnya dapat diketahui dan mempunyai arti. Titik nol merupakan titik mutlak.
Statistik yang sesuai dengan data berskala Rasio adalah Statistik Nonparametrik dan Statistik Parametrik. Contoh perhitungan statistik yang cocok adalah Rata-rata kur, Koefisien Variasi dan statistik-statistik lain yang menuntut diketahuinya titik nol mutlak.
Sumber diperoleh dari :
1.Ronald E. Walpole, Pengantar Statistika, 1993, edisi ke-3, PT. Gramedia , Jakarta.
2.W.W. Daniel, Statistika Non Parametrik Terapan, 1978, PT. Gramedia, Jakarta.
3.Mark L. Berenson dan David M. Levine, Basic Business Statistics concepts and applications, 1996, 6th editions, Prentice Hall , New Jersey.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar